MENOLONG ANAK YANG MEMILIKI KEBENCIAN TERHADAP ORANG TUA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Anak merupakan makhluk sosial sama hal nya dengan orang dewasa. Anak juga membutuhkan orang lain untuk bisa membantu mengembangkan kemampuannya, karena pada dasarnya anak lahir dengan segala kelemahan sehingga tanpa orang lain anak tidak mungkin dapat mencapai taraf kemanusiaan yang normal.
Dewasa ini, banyak ditemui anak-anak yang tumbuh dalam kebencian terhadap orang tuanya. Dan orang dewasa cenderung menganggap bahwa anak yang demikian memiliki kelainan tanpa mempertimbangkan sebab-sebabnya mengapa anak berprilaku demikian.
B. Tujuan Penulisan
Makalah ini ditulis untuk menambah pemahaman pembaca mengenai perilaku anak yang tumbuh dengan kebencian terhadap orang tuanya. Pembahasan ini selain bermanfaat bagi orang tua sebagai penanggung jawab utama pertumbuhan seorang anak, juga bermanfaat bagi pemerhati anah termasuk guru maupun pelayan gereja karena anak juga merupakan cerminan perkembangan masyarakat dan gereja.



BAB II
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB ANAK MEMBENCI ORANG TUA

A. Masalah Internal
Biasanya masalah ini berhubungan dengan aspek psikologis dari si anak yang bisa dkatakan mengalami gangguan pertumbuhan. Hal ini bisa disebabkan oleh factor genetis atau kurangnya asupan gizi sang ibu selama mengandung. Hal lain juga yang bisa menjadi penyebab masalah ini adalah adanya peristiwa traumatis selama anak dalam kandungan sang ibu.
Sekalipun anak belum mengerti apa-apa selama dalam kandungan tapi berdasarkan teori perkembangan, memori bawah sadar manusia telah belerja dengan baik semenjak dalam kandungan ibu. Contoh peristiwa traumatis ini adalah rencana aborsi oleh orang tua. Dalam beberapa penelitian yang pernah dilakukan oleh pada ahli, seorang anak yang pernah direncanakan untuk digugurkan oelh orang tuanya biasanya memiliki kecenderungan untuk memberontak atau penakut.
B. Masalah Eksternal
Masalah ekternal adalah masalah yang disebabkan oleh lingkungan dimana anak tumbuh dan berkembang. Termasuk diantaranya adalah masalah pola asuh orang tua yang kurang tepat. Lingkungan sangat mempengaruhi, anak yang terbiasa dengan kehidupan yang keras, dia terbiasa menyakiti orang, karena dia terbiasa disakiti. Akhirnya gaya hidup yang keras itu menjadi bagian dari kehidupannya sendiri. Jadi bagi dia melakukan tindak kekerasan bukanlah hal yang luar biasa itu adalah hal yang lazim.
Orang tua juga sering tanpa disadari melakukan hal-hal yang melukai hati anak-anak dan waktu hal-hal itu bertumpuk dalam hati si anak akhirnya membuahkan kebencian dalam diri si anak kepada orang tuanya. Firman Tuhan mengingatkan kita dalam Kolose 3 : 21, "Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu (diterjemahkan janganlah membuat hati anakmu pahit/getir), supaya jangan tawar hatinya."
Beberapa tindakan orang tua yang dapat mengakibatkan hati anak pahit, yaitu:
1. Anak akan merasa pahit kalau dia ditolak, jadi anak lahir ke dunia dengan suatu permintaan agar orang tua menerimanya, mereka membutuhkan penjagaan, dan uluran tangan orang tuanya. Beberapa bentuk penolakan adalah :
• Membandingkan anak.
• Penghinaan, kita kadangkala lupa bahwa anak kita punya perasaan dan dalam kemarahan kita keluarlah kata-kata yang menghina dia nah itu sangat mempunyai muatan penolakan yang besar.
2. Orang tua tanpa merencanakan atau tidak membuat si anak merasa dia adalah bukan bagian dari keluarga itu sendiri.
3. Tatkala disiplin diberikan, kekerasan diberikan tanpa adanya cinta kasih yang cukup. Disiplin dan cinta kasih adalah dua unsur yang sangat dipentingkan dalam pertumbuhan anak. Cinta kasih yang diberikan tanpa disiplin membuat si anak menjadi anak yang luar biasa egoisnya, kekanak-kanakan, tidak dewasa, menganggap semua orang harus tunduk kepadanya dan harus memenuhi keinginannya.



BAB III
MENGATASI ANAK YANG MEMBENCI ORANG TUA

A. Tugas Orang Tua
Langkah-langkah yang perlu kita lakukan sebagai orangtua untuk mengurangi sifat anak yang memberontak orang tuanya adalah sbb:
1. Sewaktu kita menghukum anak, kita mesti mengecek apakah kita telah memberikan peringatan kepada si anak. Prinsipnya kita tidak mendisiplin anak dengan pukulan, kalau kita belum memberikan dia peringatan kecuali dalam kasus yang mendadak.
2. Perhatikan bagaimana kita memukul anak, jadi tidak diperkenankan memukul anak misalnya dengan sekuat tenaga kita, semau kita, dan tidak diperkenankan memukul anak di mana saja yaitu di mukanya, di kepalanya atau dengan apa saja, dengan rotan, dengan kayu, dengan ban. Jadi kalau mau pukul anak, pukullah pantatnya karena itu bagian yang memang tidak terlalu melukai si anak.
3. Setiap kali kita mau mendisiplin anak, kita harus tanyakan diri kita apakah si anak ini mengerti kenapa si anak itu dipukul. Jadi menuntut kita untuk memberikan waktu setelah kita pukul anak untuk berbincang-bincang dengan kita.
4. Harus selalu mengecek sudahkah anak itu tahu bahwa dia dicintai oleh kita, cukupkah pengekspresian kasih kita kepadanya. Sebab jangan sampai si anak merasakan bahwa kita hanyalah datang untuk memukulnya, mendisiplinnya tanpa anak itu menyadari bahwa kita mengasihinya.
B. Tugas Seorang Konselor
Selain mendapatkan bimbingan dari orang tua, juga sangat diperlukan peran seorang konselor dalam membimbing seorang anak yang memiliki masalah kebencian dengan oaran tuanya. Ini disebabkan karena biasanya anak cenderung tidak suka menerima masukan dari orang yang dia benci. Untuk itu seorang konselor perlu mengambil langkah-langkah yang tepat dalam masalah ini. Adapun hal-hal yang perlu dilakukan oleh seorang konselor antara lain:
1. Menganalisa dengan melibatkan orang tua tentang apa kira-kira penyebab kebencian anak pada orang tuanya.
2. Mengadakan pendekatan sesuai dengan karakter kepribadian anak tersebut. Serta menggali penyebab kebencian menurut versi si anak.
3. Menasihati si anak menurut terang Firman Tuhan dengan penekanan tentang menghormati orang tua dalam sepuluh hokum.
4. Memberi masukan kepada oran tua tentang pola asuh yang benar terhadap anak dengan masalah tersebut.




BAB IV
KESIMPULAN

Setelah mepelajari tentang bagaimana seorang anak dapat membenci orang tuanya serta langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk menolong baik anak maupun orang tuanya maka patutlah kita memunyai pemahaman yang benar terhadap anak. Kita harus melihat anak sebagai seorang manusia yang diciptakan Tuhan melalui darah dan daging kita untuk bertumbuh besar menjadi seorang yang mandiri dan terpisah dari kita. Kita mesti membesarkannya untuk menjadi seseorang sebagaimana diinginkan Tuhan. Dengan kata lain, tugas kita sebagai orang tua adalah menyiapkannya agar ia menjadi seorang manusia yang utuh dan siap berelasi serta dipakai Tuhan. Berangkat dari pemahaman ini, kita pun seyogianya mendoakan anak agar rencana Tuhan—bukan rencana kita--digenapi di dalam dan melalui hidupnya. Juga, berangkat dari konsep ini, kita pun mengerti bahwa kita tidak memunyai hak milik atas diri anak-anak kita, Tuhanlah yang memunyai hak milik atas dirinya.
"Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang seperti itulah yang empunya kerajaan Allah." (Markus 10:14) Tugas kita sebagai orang tua adalah membesarkan anak dan membawanya datang kepada Kristus. Jangan sampai kita malah menghalanginya datang kepada Tuhan karena kehidupan kita. Sadarlah bahwa anak hanya bertumbuh sekali. Ia tidak akan mengulang proses pertumbuhannya. Jadi, jangan sia-siakan waktu bersamanya. Kasihi anak dan nikmatilah kebersamaan dengannya.




DAFTAR PUSTAKA

________. Alkitab, Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia. 1975
Dr. Paul Gunadi, http://www.telaga.org/audio/pemberontakan_anak_terhadap_orangtua
Martin dan Deidre. Bimbingan Berdasarkan Firman Allah. Bandung: Yayasan Kalam
Hidup. 1996.
http://kristologi.forumandco.com/t81-pengertian-anak-dalam-al-kitab
Seamands, David A. Kesembuhan Memori. Bandung: Yayasan Kalam Hidup. 1997.
Sjiamsuri, Leonard A. Kuasa dan Berkat Ikat Janji. Jakarta: Nafiri Gabriel. 2008.

Comments

Popular posts from this blog

FAKTOR - FAKTOR PENUNJANG DAN PENGHAMBAT KOMUNIKASI

YESUS MENGUTUS 70 MURID (Tafsiran Lukas 10:1-12)

KASIHILAH TUHAN ALLAHMU (tafsiran Ulangan 6:1-25)