PSIKOLOGI ANAK BERMASALAH

UALASAN BUKU
Judul Buku: Psikologi Anak Bermasalah
Penulis: Dra. Ny. D. Singgih Gunarsa
Penerbit: BPK Gunung Mulia


Sepanjang sejarah manusia selalu terlihat rangkaian persoalan-persoalan yang silih berganti dari soal kependudukan, perangan dan usaha-usaha untuk mengatur dunia. Ternyata kesejahteraan keluarga tidak hanya ditetukan oleh jumlah anggotanya melainkan juga persoalan-persoalan lain yang timbul dalam keluarga disamping masalah jasmaniah.
Pada bagian awal buku ini dibahas tentang permasalahan anak dalam hubungan dengan sekolah dimana dijelaskan tentang kendala-kendala yang dialami seorang anak di lingkungan sekolah. Adapun permasalahan yang dialami oleh si anak antara lain:
- Kekurangan dalam hal fisik misalnya masalah penglihatan maupun pendengaran. Kekurangan penglihatan dan pendengaran ini sering menimbulkan persoalan yang perbaikannya tidak semudah seperti memperbaiki permasalahana yang timbul akibat hal yang lain. Dalam hal ini anak akan merasa aneh jika harus memakai kacamata ataupun alat bantu dengar karena dia menjadi berbeda dengan teman-temannya.
- kesulitan-kesulitan yang disebabkan oleh kurang campur tangan orang tua atau siapa saja dalam tata cara hidup dan perencanaan waktu anak. Anak memang tidak sama dengan orang dewasa. Anak masih banyak dikuasai oleh keinginan-keinginan bermain yang tidak selalu mudah dilihat oleh orang lain dan perlu diatur penyalurannya. Anak beum dapat membagi waktu antara tugas-tugas sekolahnya dengan waktu bermain, untuk itu sangat diperlukan campur tangan orang tua dalam hal ini.
- Suasana sekolah sangat berperan dalam prestasi belajar anak. Dalam menanggulangi persoalan-persoalan anak sehubungan dengan prestasnya di sekolah maka ada beberapa hal yang perlu dilakukan antara lain dengan meneliti apakah ada kekurangan-kekurangan, penyimpangan-penyimpangan yang dapat diperbaiki untuk mengatasi persoalan.
Dengan menyoroti persoalan anak secara lebih mendalam dan usaha-usaha menanggulangi sumber persoalannya maka diharapkan anak dapat mengembangkan kemampuan dan bakat-bakatnya secara umum.

Dalam bab selanjutnya, dibahas tentang kenakalan anak. Dalam pembahasannya dikatakan bahwa anak sejak lahir telah bertingkah laku dan melakukan berbagai perbuatan walaupun tidak selalu hasilnya nyata dan berarti. Dengan demikian dapat dikumpulkan banyak keluhan mengenai kelakuan anak mulai sejak lahir sampai ia meningkat dewasa.
Beraneka ragam tingkah laku anak yang sering menimbukan kekesalan pada seseorang bagi orang lain mungkin belum merupakan suatu hal yang memerlukan pemikiran yang lebih mendalam. Dapat disimpulkana bahwa ada beberapa tingkahlaku mulai dari drajat yang ringan sampai drajat yang berat yang memerlukan pemikiran mendalam untuk mengubahnya.
Perumusan tentang arti kenakalan anak dapat dibagi dalam dua hal yaitu:
- Kenakalan semu – dimana kenakalan anak bukan merupakan kenakalan bagi pihak-pihak lain. Bahkan menurut penilaian pihak ketiga, tingkah laku tersebut masih sesuai dengan nilai-nilai moral jika dibandingka dengan aak sebaya disekitarnya.
- Kenakalana sebenarnya – tingkah laku anak yang merugikan dirinya sendiri atau orang lain, dan melanggar nilai-nilai moral maupun nilai-nilai sosial.
Perkembangan anak pada umumnya menunjukan adanya suatu persamaan antara anak-anak di seluruh dunia. Sebagai petunjuk umum dalam hal menanggulangi kenakalan anak-anak maka sebaiknya anak juga dijauhkan dari teman-teman yang kurang baik pengaruhnya.

Pada bab tiga dibahas tentang bentuk-bentuk kenakalan anak. Yang paling umum dari kenakalan anak adalah berbohong. Berbohong merupakan perbuatan pemalsuan yang segaja dilakukan dengan tujuan memperdayakan. Ada beberapa bentuk kebohongan diantaranya:
- Cerita khayal. Cerita-cerita seperti ini banyak diceritakan pada anaka kecil dan sebaliknya cerita ini sering dianggap dusta oleh orang dewasa. Dalam cerita-cerita ini, hal-hal yang mustahil justru dianggap mungkin terjadi. Salah satu cara menanggulangi masalah ini adalah dengan mengubah lingkungan rumaha sehingga duania nyata jadi lebih menarik bagi anak.
- Bohong sebagai hasil peniruan. Seringkali tanpa disadari, orang tua member contoh yang tidak baik kepada anak. Anak biasanya menganggap bahwa orang tua adalah figure yang patut dicontoh sehingga hal-hal yang kurang baikpun diikutinya.
- Berbohong sebagai pertahanan diri. Kebanyakan anak berbohong untuk menghindari hukuman. Anak tidak mau dihukum, disakiti ataupun dipermalukan di depan orang lain. Maka akan dicarinya suatu alas an untuk menutupi keadaan sebenarnya.
- Berbohong untuk menarik perhatian. Setiap anaka ingin mendapat perhatian dari orang-orang terdekat. Tapi perhatian khusus terhadap anak setingkali terhalangi karena kesibukan orang tua. Maka anak menciptakan kebohongan supaya mendapat perhatian dari orang tua mereka.
- Kebohongan untuk mengimbangi kekurangan. Anak sering berbohong untuk memperoleh pujian ataupun dikagumi. Padalah tidak semua anak memiliki sesuatu yang pantas dikagumi supaya dapat dipuji teman-temannya.
Dalam usaha mrnaggulangi masalah berbohong ini, harus dicari sumber persoalannya dulu baru kemudian bisa diterapkan langkah-langkah unutk mengatasinya. Dengan demikian anak dapat diharapkan tak lagi berbohong.

Pada bab selanjutnya dibahas tentang masalah pergi tanpa izin atau kabur. Gejala seperti ini merupakan gejala yang sering terlihat. Namun kecemasan dari orang tua berbeda-beda. Ada kepergian yang cuma sebentar dan ada yang pergi agak lama sehigga orang tua menjadi lebih cemas.
Pada umumnya dapat ditemukan beberapa sebab mengapa anak meninggalkan rumah. Sebab utamanya antara lain:
- Masalah pada anak sendiri – anak mempunyai jiwa petualang, anak yang dimarahi orang tua dan masalah keterbelakangan mental/otak.
- Masalah yang berasal dari lingkungan/keluarga – dalam hal ini, sebab-sebab anak melarikan diri dari rumah yang bersumber pada keadaan keluarga.
- Masalah yang tercapat di lingkungan sekolah – ada anak yang pergi dari sekolah seolah-olah dia memang ke sekolah tapi kenyataannya tidak. Apabila terjadi hal seperti ini maka sebaiknya anak diberi kesibukan atau keadaan di rumah dibuat sedemikian rupa sehingga rumah jadi menarik dan anak menjadi betah di rumah.

Pada bab lima dibahas tentang mencuri yang merupakan bentuk kenakalan melanggar hak milik. Berbeda dengan bentuk kenakalan-kenakalan pada bab-bab sebelumnya, maka mencuri merupakana suatu kelakuan yang selalu menyangkut pihak lain dalam arti tidak menguntungkan. Dalam hal ini sangat jelas bahwa ada pihak ketiga yang tidak ada sangkut pautnya dengan si anak namun menjadi pihak yang dirugikan. Gejala mencuri merupakan suatu gejala tingkah laku yang banyak terlihat pada masa anak-anak.
Hal ini belum merupakan gejala yang perlu dihebohkan. Apabila gejala ini ditanggulangi dengan cara-cara yang tepat, maka gejala tersebut akan cepat hilang tanpa meninggalkan akibat-akibat buruk yang menetap.
Sebab-sebab yang mendorong anak bertingkahlaku mencuri sangat beraneka ragam. Beberapa kemungkinan sebab seorang anak bertingkah laku demikian antara lain:
- Anak memiliki dorongan yang kuat untuk mengumpulkan.
Keinginan anak untuk mengumpulkan benda-benda begitu hebatnya sehingga harus ada control orang tua. Kelalaian dalam hal ini tentu bisa berdampak buruk di kemudia hari dan bisa menrugikan orang lain.
- Keinginan untuk memiliki.
Dalam hal ini, sama halnya dengan yang sebelumnya, kebiasaan ini harus diawasi oleh orang tua. Tidak baik juga jika memberikan kepada anak semua barang yang dimilikinya tanpa mengetahui kegunaan dari benda-benda tersebut.
- Mencuri untuk member suap – sogokan kepada teman.
Hal ini mudah diketahui karena hasilnya tidak untuk dirinya sendiri melainkan untuk orang lain. Dan biasanya hasil curian ini langsung diberikan kepada orang lain dengan demikian si pencuri mengharapkan penghargaan dari orang tersebut. Alas an ini terkadang sulit dipahami apa yang si pencuri harapkan
- Sebagai pembalasan.
Pokok dari permasalahan ini adalah hubungan antara anak dengan orang tua. Perbuatan ini berpangkal pada adanya suatu perasaan dendam terhadap orang tua. Bagi anak, mencuri merupakan suatu penyaluran daripada dendamnya. Mungkin saja terdapat suatu rangkaian sebab misalnya anak yang merasa dibedakan dengan adik-adiknya yang lain atau dengan kata lain anak merasa tidak mendapat perlakuan yang adil dari orang tuanya.
Untuk mengatasi hal ini maka pertama-tama harus dijelaskan bahwa mencuri merupakan perbuatan yang tidak terpuji, tidak dapat dibenarkana dan suati tindakan yang tidak baik. Selanjutnya orang tua harus menyelidiki alasan anak mencuri dan kemudian menjelaskan tindakan orang tua yang membuat anak merasa diperlakukan dengan adil.

Pada bab enam, dibahas tentang emosionaltas sebagai sumber permasalahan anak. Dalam percakapan sehari-hari sering terdengar penggunaan istilah emosi. Ada yang karena emosi tidak mudah bergaul. Ada yang sering mengikutsertakan emosinya sehingga tidak menentu sikapnya. Ketakutannya dan kemarahan merupakan bentuk emosi yang paling umum. Ada beberapa reaksi yang berhubunga dengan kemarahan dan rasa takut, diantaranya;
- Marah – lebih sering terlihat pada anak kecil jika tidak terpenuhi keinginannya. Ada banyak bentuk-bentuk kemarahan anak misalnya nangis, berguling di lantai dan lain sebagainya.
- “ngadat” (temper tentrum) – merupakan perbuatan yang seolah-olah menyakiti orang lain, menguasai orang lain, bahkan sampaia menyakiti diri sendiri. Ngadat sering pula diperlihatkan oleh anak yang pada masa kecil sering sakit-sakitan. Anak selalu ingin mengemukakan isi hatinya. Ia selalu membutuhkan orag lain untuk memenuhi keinginan-keinginannya.
- Agresi yang berlebihan – merupakan suatu bentuk lain dalam pelampiasan emosi anak. Anak terlihat agresif sekali dalam menghadapi masalah. Tujuan utama dari agresi ini adalah untuk menguasai suatu situasi ataupun mengatasi suatu yang dia anggap rintangan.
Ada anak yang menolak dan menentang melaksanakan tugas dengan mengemukakan berbagai alasan untuk tidak melakukannya. Anak yang selalu menentang sebaiknya dihadapi dengan kelompok dan tidak langsung. Dan apabila anaka menentang karena memang kelalaiana orang tua, maka orang tua harus memperbaiki sikap. Untuk itu perlu pemahaman yang benar oleh orang tua.

Pada bab terakhir, dibahas tentang emosionalitas anak yang gelisah. Ada keadaan-keadaan tertentu yang membuat anak mengalami ketakutan yang berlebih. Anak biasanya takut pada orang yang belym dikenalnya. Dalam menanggulangi persoalan anak maka perlu suatu tindakan peninjauan lebih dalam demi kelancaran perkembangan anak menuju kedewasaan.

Kesismpulan
Setelah melihat beraneka ragam permasalahan anak, baik secara internal maupun eksternal maka perlu adanya pemahaman yang benar dari setiap orang tua sehingga bisa merespon dengan baik apa yang menjadi kebutuhan anak. Disinilah pentingnya buku-buku seperti ini bagi orang tua maupun para pemerhati anak agar senantiasa memiliki pengetahuan yang benar tentang perilaku anak dan permasalahan yang ditimbulkannya.

Tanggapan
Positif:
- Seperti yang telah dikemukakan di bagian kesimpulan, bahwa buku ini sangat baik dibaca oleh orang tua maupun para pemerhati anak.
- Buku ini memiliki banyak contoh-contoh praktis sehingga lebih mudah dimengerti.
Negatif:
- Ada beberapa kata maupun kalimat yang agak sukar dimengerti karena sudah tidak umum digunakan saat ini (penulisan tahun 1975).
- Ada bagian-bagian tertentu yang seolah terjadi pengulangan sehingga terkesan membosankan.

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

FAKTOR - FAKTOR PENUNJANG DAN PENGHAMBAT KOMUNIKASI

YESUS MENGUTUS 70 MURID (Tafsiran Lukas 10:1-12)

KASIHILAH TUHAN ALLAHMU (tafsiran Ulangan 6:1-25)