MELAWAN LUPA
Oleh: Pdt. Mangatas P.Aritonang, M.Th
Apakah ingatan
atau memori kita kurang beres?
Apakah
sebenarnya memori? Bagaimana cara kerja
memori? Dapatkah kita meningkatkan daya
ingat? Apakah menginat sama dengan menghafal? Apakah sering lupa pertanda kita
bodoh?
Kita
mulai dengan dua pertanyaan terakhir di atas. Tidak betul bahwa mengingat sama
dengan menghafal. Memori bukan hasil hafalan. Kita perlu bisa mengingat, bukan
bisa menghafal. Artinya kita, untuk bisa
mengingat bukanlah menghafal. Ada banyak hal yang kita ingat meskipun kita
tidak pernah hafalkan, misalnya tahun kemerdekaan bangsa kita. d.l.l.
Selanjutnya, tidak betul bahwa lupa adalah pertanda bodoh. Sebab Guru besar yang pandai pun bisa lupa bawa buku,
bawa Hp-nya. Lupa bukan tanda bodoh, ingat bukan tanda pandai. Orang berdaya
ingat kuat belum tentu pandai. Memang untuk menjadi pandai perlu kecakapan
mengingat, namun ciri pandai bukanlah cakap mengingat. Ciri pandai adalah cakap
memadukan informaasi atau data yang baru diketahuinya dengan info-info yang sudah lama diketahuinya lalu
membuahkan hubungan itu menjadi manfaat.
Dari
kalimat tadi mulai terkuak apa itu memori. Memori adalah proses dan struktur
bagaimana kita menerima, menyimpan, dan memanfaatkan informasi. Secara
sederhana, cara kerja memori terbagi atas tiga tahap.
Tahap
pertama, yaitu menerima, menyortir, dan memaknai
informasi. Ini merupakan persiapan untuk menyimpan memori. Tahap pertama ini disebut tahap
pemasangan kode. Misalnya, kita membaca sebuah kalimat atau mendengarnya dari
khotbah. Kalimat itu diterima oleh memori Indrawi. Ia berada di situ hanya
selama satu detik. Jika kita cuek terhadap kalimat ini, dalam durasi satu detik
tadi, kalimat itu akan terlupakan. Sebaliknya, jika kita nilai bahwa isinya
perlu kita ketahui, kita akan memaknai kalimat itu. Ini disebut memasang kode
pada kalimat itu. Lalu kalimat itu langsung kita simpan di memori yang lebih
dalam yang bernama memori jangka pendek.
Berapa
lama info itu, ada di memori jangka pendek? Sekitar 15 detik. Ia harus
diteruskan ke memori berikutnya untuk disimpan. Namun, tempat penyimpanan
memori ini ibarat gudang dengan puluhan lemari dan ratusan laci. Simpan
di mana? Di laci mana? Maka waktu 15 detik itu otak kita menentukan apa
fungsi atau label info ini dan di laci mana ia disimpan dengan info-info lain
yang sekategori.
Jika
otak kita salah pilih laci, terjadilah salah taruh atau salah simpan.
Akibatnya, info ini susah ditemukan kembali, alias terlupakan. Sebaliknya, jika
otak kita bisa menemukan laci yang cocok, kalimat pelajaran atau khotbah tadi
kita gabungkan, dengan kalimat-kalimat lain lalu diubah dan disimpan sebagai
pengertian dan penghayatan.
Tahap
kedua, yaitu tahap menyimpan. Dengan maksudnya
kalimat-kalimat tadi dalam laci yang cocok, info itu tersimpan dalam memori
yang paling dalam yang bernama Memori jangka panjang. Berapa lama info dapat
disimpan dalam memori jangka panjang? Bisa beberapa jam, tetapi bisa juga
seumur hidup. Penyimpanan ini bisa tahan lama asalkan kita sehat fisik dan
mental.
Tahap
ketiga, yaitu tahap pengeluaran kembali. Tiap
kali kita memerlukan sebuah info yang sudah di simpan di memori jangka panjang,
kita mencari dan mengeluarkannya. Akan tetapi, justru mencari dan
mengeluarkannya sering menimbulkan persoalan. Persoalannya adalah susah menemukan
kembali. Misalnya “Siapa ya, namanya?” Kita berpikir dan memeras otak
mengingatnya, tetapi susah menemukan nama itu. Lupa! Apa penyebab lupa?
Penyebabnya adalah kesalahan kita pada salah satu tahap memori.
a.
Lupa akibat kesalahan
pada tahap pertama, yaitu saat-saat penerimaan info. Mungkin kita kurang focus,
kurang berminat, atau kurang cermat mendengar atau membaca info itu. Mungkin
kita kurang rapi mengategorikan info itu sehingga kita salah atau salah simpan.
Akibatnya, ketika kita memerlukannya kembali, kita mencari di laci yang salah. Tentu info yang kita cari itu
tidak ada di situ.
b.
Lupa akibat kesalahan
pada tahap kedua, yaitu saat penyimpanan. Tiap saat kita ditawari banyak info
baru, padahal dalam gudang memori, sudah terdapat banyak simpanan. Dengan
bertambahnya usia, pengalaman, dan pengetahuan, maka akumulasi info itu
bertambah. Jika kita serakah alias “segala juga disimpan” terlalu banyak dan
kurang selektif membedakan mana info yang perlu, mana yang tidak, maka memori
kita penuh dengan info rongsokan. Akibatnya saat kita mau mengeluarkan info
kita susah menemukannya karena laci-laci memori kita terlalu penuh dan
acak-acakan.
c.
Lupa akibat kesalahan
pada tahap ketiga, yaitu mengeluarkan kembali. Kesulitan terjadi jika kita mau
mengeluarkan kembali beberapa info sekaligus (info lama dan info baru).
Misalnya jika kita sedang nonton TV, lalu berjalan ke dapur untuk mengambil
sendok, piring kecil dan gula, sekaligus mengembalikan gelas, maka setibanya di
dapur kita akan lupa, “Aku ini ke dapur mau apa ya?”.
Dapatkah
kita mencegah atau melawan sifat Lupa? Ada beberapa pegangan untuk memperbaiki
kenerja memori.
* Latih
Otak kita. Pakai otak tiap hari. Jangan biarkan otak menganggur. Baca buku tiap
hari. Nyanyi tiap pagi. Senam otak. Otak yang jarang dipakai cepat lemah.
Supaya otak tetap sehat, tiap hari ia perlu dilatih. Misalnya menonton TV, main
catur dsb.
* Saat
melalukan apa pun, pusatkan perhatian. Fokus. Jangan biarkan pikiran terbang ke
sana- sini. Jangan otak kita dikotori oleh omong kasong, obralan, atau gosip.
Jangan sembarang dengan dan tonton. Pilihlah info yang betul-betul
berguna.
* Hubungkan
atau kaitkan apa yang kita baru ketahui dengan apa yang sudah kita ketahui.
Misalnya saat membaca tentang zaman yang lain di tempat yang lain, kaitkan dengan
keadaan kita di sini dan kini. Saat membaca apa yang dialami orang lain,
tempatkan diri kita dalam diri mereka.
Memori bukan hanya bisa kita tingkatkan, melainkan perlu kita
tingkatkan. Setiap hari kita bergantung pada memori, misalnya supaya tidak lupa mengunci pintu atau tidak lupa
mematikan komputer, memadamkan kompor dan dll. Untuk hal sepele seperti cuci
piring pun kita perlu memori supaya sabun itu tidak lupa kita bilas dengan air.
Hal ini penting, apalagi untuk iman. Bagaimana iman bisa berkembang
kalau kita lupa akar, konteks, dan tujuan iman. James Fowler, pakar PAK. Ia
menilai memori sebagai pijakan perkembangan iman orang dewasa. Ia juga menilai
bahwa perkembangan iman merupakan komitmen untuk mau mengenang masa lalu dan
menindak lanjuti kenangan itu dengan menumbuhkan diri. Memori adalah bagian
yang hakiki dari iman. Oleh sebab itu, di dalam kitab Suci ada banyak ungkapan
yang berawal dengan “ingatlah selalu,... “, haruslah kamu ingat,... dan jangan
melupakan,...
Cara kerja memori dalam otak kita sungguh mengagumkan. Gunanya sangat
banyak. Kita bisa berpikir. Kita bisa mengingat. Itu pemberian Tuhan. Akan
tetapi, percuma saja kita menerima pemberian Tuhan itu jika pemberian itu
dibiarkan menganggur. Sungguh lebih baik tiap hari kita pakai dan kagumi memori
kita. Penulis kitab Suci merasa kagum, “Aku akan bergemar dalam
ketetapan-ketetapan-Mu; Firman-Mu tidak akan kulupakan”. By. M.P. Aritonang.
**** lupa, melawan lupa, mengatasi gampang lupa, cara melawan lupa, memori, mengingat, long term memory, short term memory, remember to forget, forget to remember :) ****
Mantap Sesepuh.
ReplyDeleteTerimakasih
wih, masih eksis di blog rupanya pak pdt ini.... :)
Delete