HUBUNGAN PENERAPAN TEORI PSIKOLOGI PENGKONDISIAN B. F. SKINNER DENGAN TINGKAT DISIPLIN MAHASISWA.
SEBUAH PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya manusia merupakan
mahluk sosial.[1]
Hal ini berarti manusia senantiasa hidup dengan berinteraksi satu sama lain.[2]
Karena hidup manusia tidak bisa dilepaskan dengan hubungan antara sesama
manusia, maka kehidupan manusia tidak bisa dilepaskan dari aturan. Hal ini
sangat penting karena manusia juga adalah mahluk individu yang memiliki
kepribadian dan kebutuhan yang berbeda-beda. Peraturan-peraturan yang berlaku
di masyarakat kemudian berkembang dan semakin berakar dalam kehidupan manusia
sehingga munculah norma-norma maupun pranata-pranata sosial lainnya termasuk
budaya.[3]
Seiring dengan perkembangan zaman,
maka peraturan-peraturan yang berlaku dalam kehidupan manusia semakin beragam.
Hal ini tentu saja bukan untuk membebani ataupun mempersulit kehidupan manusia
tetapi sesungguhnya peraturan-peraturan yang ada itu harusnya demi kehidupan
yang lebih baik.
Tidak dapat disangkal bahwa semakin
banyak peraturan yang dibuat, semakin banyak pula terjadi pelanggaran.
Banyaknya pelanggaran tentunya mengindikasikan adanya ketimpangan antara
peraturan dan obyek yang menjalankan aturan tersebut. Hal ini tentunya tidak
baik karena dengan meningkatnya pelanggaran maka terjadi ketidakseimbangan
dalam sistem yang berlaku di komunitas yang menjalankan peraturan tersebut.[4]
Dunia pendidikan juga tidak lepas
dari tindakan pelanggaran disiplin yang meningkat seperti keterlambatan dalam
manjalankan tugas akademis maupun pelanggaran etika bahkan mengarah pada tindak
pidana. Contoh pelanggaran disiplin yang cukup menggemparkan dunia pendidikan
adalah peristiwa tawuran antar SMA 70 dan SMA 06 pada tanggal 24 September 2012
yang menelan korban jiwa seorang pelajar dan enam orang siswa ditetapkan
sebagai tersangka oleh pihak kepolisian.[5]
Seperti yang diberitakan oleh salah satu
media online nasional bahwa pemicu
tawuran itu hanyalah masalah sepele.[6] Hal ini merupakan pukulan telak bagi dunia
pendidikan karena ini bisa menjadi cermin dari apa yang diajarkan para pendidik
baik secara kognitif, afektif maupun psikomotorik kepada para peserta didik.
Dunia pendidikan di perguruan tinggi
juga kurang lebih mengalami masalah yang sama dalam hal pelanggaran disiplin.
Saat ini mudah ditemukan mahasiswa yang tidak berada di ruang kuliah padahal
seharusnya perkuliahan sedang berlangsung. Banyak juga mahasiswa yang
menyalahgunakan kepercayaan orang tuanya seperti menggunakan uang untuk
kebutuhan kuliah untuk hal-hal yang tidak berhubungan sama sekali dengan
kegiatan perkuliahan. Bahkan ada mahasiswi yang di keluarkan dari suatu lembaga
pendidikan karena yang bersangkutan terbukti hamil di luar nikah.*)
Selain karena masalah kepribadian
mahasiswa yang berbeda-beda, pelanggaran disiplin bisa juga disebabkan oleh
kurangnya pengawasan baik dari pihak orang tua maupun dari pihak kampus. Untuk
itu, dalam rangka meningkatkan pengawasan orang tua maupun lembaga pendidikan,
maka dibuatlah suatu system yang dikenal dengan asrama. Fungsi asrama di
perguruan tinggi khususnya di bidang keagamaan seperti Sekolah Tinggi Teologi
(STT) termasuk di STT IKSM Santosa Asih Jakarta dimana penulis mengadakan
penelitian, selain untuk tempat tinggal bagi mahasiswa yang jauh tempat
tinggalnya, asrama juga berfungsi untuk membentuk mental dan kedisiplinan
mahasiswa.
Kehidupan di asrama tidak serta-merta
merubah kehidupan seorang mahasiswa menjadi taat pada aturan. Banyaknya
mahasiswa yang tinggal di asrama juga mengakibatkan berbagai gesekan antar
penghuninya. Hal ini tentu saja disebabkan oleh banyak faktor termasuk
kepribadian yang berbeda-beda.
Karena kepribadian manusia memang
berbeda-beda seperti yang telah disebutkan diatas maka perlu adanya suatu
aturan yang bisa mengakomodir setiap kebutuhan individu yang ada hingga bisa
terjadi relasi yang baik antar pribadi. Sarlito Wirawan dalam bukunya
menuliskan:
Unik berarti berbeda dari yang
lainnya. Jadi tiap-tiap manusia selalu mempunyai ciri-ciri, sifat-sifat
tersendiri yang membedakannya dari manusia lainnya. Tidak ada dua manusia yang
sama di dunia ini. Pengalaman-pengalaman masa lalu dan aspirasi-aspirasinya
untuk masa-masa yang akan datang menentukan tingkah laku seseorang di masa
kini, dan karena tiap orang mempunyai pengalaman dan aspirasi yang
berbeda-beda, maka tingkahlaku-tingkahlakunya di masa kini pun berbeda-beda.[7]
Untuk itu sangat diperlukan suatu teori pembentukan perilaku
yang efektif agar mahasiswa yang tinggal di asrama bisa saling berinteraksi
dengan baik sehingga pembentukan mental dan kedisiplinan mahasiswa bisa
berjalan dengan baik. Disinilah peran teori pembelajaran sangat diperlukan.
Sejak abad ke-19 sampai sekarang
telah berkembang banyak teori belajar dan salah satu yang sangat berpengaruh
adalah teori tingkah behaviorisme. Teori ini pada awalnya dikenalkan oleh Ivan
Pavlov pada sekitar taahun 1900an dengan teori yang dinamakaa pengkondisian
klasik (Classical Conditioning) yang
kemudian dikembangkan oleh beberapa ahli diantaranya B. F Skinner.[8]
Dasar dari teori behaviorisme adalah
bagaimana memberikan stimulus yang tepat untuk mendapatkan respon yang
diinginkan (S-R).[9]
Dengan demikian melalui teori ini maka sikap atau tidakan manusia dapat diatur
dengan cara memberikan stimulus yang tepat termasuk bagaimana seseorang bersikap
terhadap peraturan-peraturan yang telah ditetapkan untuk kebaikan bersama.
B. F. Skinner menekankan bahwa setiap untuk mendapatkan
respon yang diinginkan maka perlu adalnya suatu stimulus yang terus-menerus
sampai menjadi suatu kebiasaan.[10]
Teori ini tentu sangat berguna dalam dunia pendidikan terutama dalam membentuk
perilaku seseorang menjadi seperti yang diharapkan seperti kehidupan di asrama
Berdasarkan semua pokok
pemikiran di atas maka penulis akan berusaha menjawab masalah ini dalam sebuah
karya ilmiah dengan judul HUBUNGAN PENERAPAN TEORI PSIKOLOGI PENGKONDISIAN B.
F. SKINNER DENGAN TINGKAT DISIPLIN MAHASISWA DI ASRAMA STT IKSM SANTOSA ASIH
JAKARTA TAHUN AKADEMIK
2012-2013.
[1] Sarlito
Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi,
Jakarta: Penerbit Bulan Bintang, 1976, h. 86
[2] Soerjono
Soekanto, Sosiologi, Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 1990, h. 68
[3] Ibid.,
187
[4] T. Berry
Brazelton, Disiplin Anak, (Jakarta:
PT. Bhuana Ilmu Populer, 2009), h. xv
[5]
http://m.okezone.com /read/2012/10/10/500702152
[6] Tempo
Online, http://tempo.co/2012/09/24/431613/
[7] Sarlito
Wirawan Sarwono, Op. Cit., h. 26
[8] Joko
Winarto, B. F. Skinner, http://edukasi.kompasiana.com/2011/02/13/teori-bf-skinner/
[9] Calvin
S. Hall dan Gardner Lindzey, Teori Teori
Sifat Behavioristik, (Jakarta: Kanisius, 1993), h. 199
[10] Nigel
C. Benson dan Simon Grove, Mengenal
Psikologi, (Jakarta: Penerbit Mizan, 2000), h. 76
Excuse me but could you please remove my fractal "Protecting Me" from your profile. You didn't ask permission if you could use it....
ReplyDelete