. . . . . . Terhempas dalam hampa.. Tiada tempat bergantung, karena langit menolakku.. Tiada tempat berpijak karena bumi menghindariku.. Ku berseru pada angin, 'tiup, tiup, bawalah aku kemanapun kau mau..!' Bahkan udarapun tak bergeming.. Pekatnya malam, tebalnya kabut.. Ku terdiam kertakkan gigi.. Waktu seolah diam, seakan memberiku waktu, waktu yg lebih untuk merasakan perih.. Oh..., seandainya kesadaranku lenyap saja,, tapi tidak, seolah sadarku sengaja ada untuk menambah pedih.. sepi.. Sendiri.. dan aku lemah, tertunduk, mati... . . . . . Kepalaku perlahan hangat ku coba angkat kelopak mataku, sinar... Kabut menjauh, gelap menyingkir, dingin menghilang.. Terang.. Terang.. Terang menyentuhku.. Aku terkulai lemas.. Oh, lihat..! Aku tidak jatuh! Dibawahku ada lengan yang kekal, basah oleh embun.. Dia ada di sini, berjaga terhadap jiwaku sepanjang gelap yang dingin... Egoku, butaku, membuat Dia tak terlihat.. Terang-Nya menyentuhku.. Ha